Perahu Kertas (The Movie)
"Karena hati tidak perlu memilih. Ia akan selalu tahu ke mana harus berlabuh."
Bagaimana memulainya ya? I'm expecting a lot when @deelestari nge-twit kalau "Perahu Kertas" akan dibuat film layar lebarnya.
Maka ketika sahabat-sahabat saya ber"perang" memilih film yang mau ditonton di friendship week-end kami, maka saya segera mencoret Step Up dan film berantem lakon-lakon adu otot kawakan itu.
Perahu Kertas ini berlayar ke mana?
Bagaimana mungkin radar Neptunus Kugy bisa menemukan Keenan di stasiun kereta? Well hey, Kugy sendiri sempat kaget dengan kesaktian sang dewa penguasa laut. Tapi dari sana dan dari upaya pemahaman atas betapa tidak biasa (sekaligus mungkin jauh dari menjejak realitas)nya mimpi mereka, mereka menemukan keyakinan bahwa radar Neptunus juga sudah mempertemukan hati mereka. Tapi apa daya, ketika kenyataan seolah selalu terlihat bersimpangan? Selalu ada seseorang atau sesuatu di antara mereka... Ojos dan Wanda... Mimpi (penulis dongeng dan pelukis) dan realitas (copy writer & menjalankan bisnis keluarga)... hingga akhirnya Remi dan Luhde.
Akankah akhirnya radar Neptunus mempertemukan mereka kembali, dan perahu kertas mereka sampai di dermaga tujuan?
Rasanya hampir setiap orang yang menonton film based on novel, membandingkan film dengan imaji kita sendiri. Setidaknya itu yang selalu saya lakukan... termasuk pada Harry Potter series dan Lord of The Ring series.
Well, what can I say?
Once, when I saw Kugy (bangun tidur dengan muka lecek, ditarik paksa Nony menjemput Keenan ke stasiun)... "Ini yang main 'Untuk Rena' kan ya?" yang dijawab dengan angkat bahu oleh sahabat saya. Oh well, dia sangat sesuai dengan imaji Kugy yang ada di benak saya ketika pertama kali membaca novelnya. Maudy Ayunda bukan cuma cantik, tapi memiliki karakter wajah yang lucu, lugu, sekaligus cerdas... dan ketika Kugy memasang Radar Neptunus-nya di stasiun kereta demi mencari Keenan... She's difenitelly Kugy in my mind!
How about Keenan? Hmmm... Adipati Dolken tidak seganteng Keenan dalam bayangan saya, tidak juga se-cool dan artistik seperti harapan saya. But well, I even don't know is there someone in this world suit with the one in my imagination.
Selebihnya, tidak ada yang menyimpang dari imajinasi saya... Remi dan Luhde sooo perfect! Hanya agak surprise dengan Tyo Pakusadewo yang memerankan Pak Wayan.
Pemadam Kelaparan, Sekolah Alit, lukisan-lukisan Keenan, hingga pesta ulang tahun Nony... semua seindah dalam imajinasi saya... bahkan khusus untuk Sekolah Alit... saya tepok tangan salut kepada penggambaran Hanung Bramantyo tentang sekolah terbuka di negeri antah berantah itu. Damn, it's soo cool!!!
Bagi saya yang mahluk "narasi" mungkin sampai kapan pun novelnya jauh lebih sukses menyentuh hati saya daripada filmnya. Ada banyak esensi yang terasa hilang dalam film ini, banyak emosi yang terasa kabur karena terseok durasi. Tapi saya tidak akan pernah mengatakan bahwa film ini gagal bercerita. Tidak sama sekali! Tapi juga tidak terlalu berhasil...
Sahabat saya yang agak anti melodrama dan novel agak tidak suka dengan film, menurutnya the best part of this movie only when Noni and Eko married. It's soooo ridiculous! I can't stop laughing!
Bagi saya pribadi, kisah dan perjuangan Kugy dan Keenan dalam menggapai mimpinya, juga cintanya... mampu disampaikan dengan baik. Kisah Kugy menurut saya jauh lebih mengalir dan "bercerita" ketimbang kisah Keenan. Nilai-nilai emosionil dalam pergulatan hidup Keenan agak kurang bisa disampaikan oleh ekspresi pemainnya. But Luhde (diperankan dengan sangat baik oleh Elyzia Mulachela) banyak menolong menghidupkan kisah Keenan.
Ada nilai plus lain yang ingin saya paparkan mengenai film ini... soundtrack-nya! I love "Perahu Kertas"... dinyanyikan dengan sangat indah oleh Kugy (eh! Maudy Ayunda). Bila Anda pencinta karakter bermusik Dewi Lestari... maka sama dengan saya, Anda akan jatuh cinta mendalam pada lagu ini.
Saya jelas sangat menantikan kisah lanjutannya... bersama dengan sebagian besar penonton yang masuk ke dalam studio sore itu... dan penonton yang lain tentunya. Kisah Kugy dan Keenan sesungguhnya baru saja dimulai... dan saya sangat menantikan peran Remi (Reza Rahardian) dan Luhde dalam membuka mata hati Kugy dan Keenan.
"... Karena hati tidak perlu memilih. Ia akan selalu tahu ke mana harus berlabuh." (pg. (pg. 429-430)
Komentar
Posting Komentar