The Mentalist (TV Series)

 -- Let The Mind Games Begin!

Sf.co.ua
Yeah, another police/detective procedural series! 

And let me introduce you to the one and only, Patrick Jane. The most charming man in TV ever :D (this is only my opinion)

Patrick Jane (diperankan dengan sangat baik oleh Simon Baker), besar di bawah pengaruh ayahnya yang berprofesi sebagai con-man. Tumbuh dan hidup berkeliling bersama grup sirkus, mengasah kemampuannya untuk memahami "manusia" lain melalui aneka tanda-tandanya. Di sirkus pula, ia bertemu dengan istrinya, Angela, hingga akhirnya bersama-sama memutuskan untuk meninggalkan dunia festival.

Jane kemudian dikenal banyak orang seorang mentalis dan medium piawai. Hidup bahagianya jungkir balik ketika ia secara tidak langsung menantang seorang pembunuh berantai yang dikenal dengan sebutan "Red John" di TV. Berkat aksinya, istri dan putrinya dibantai di rumah mereka, dengan icon smiley "the face" (Red John signature) di atas jasad mereka.

Yeah, setiap karakter punya musuh sepanjang masa. Dalam kisah ini, Red John adalah musuh sepanjang masa Jane. Demi melacak langkah Red John, Jane bergabung sebagai konsultan di California Bureau of Investigation (CBI).

Di sana, untuk pertama kalinya setelah tanpa henti merasa bersalah atas kematian anak dan istrinya, Jane kembali bersahabat dengan manusia dan takdirnya. Bersama SSA Teresa Lisbon, SA Kimball Cho, SA Wayne Rigsby, dan SA Grace Van Pelt, Jane mengungkap berbagai kasus pembunuhan yang menjadi spesialisasi CBI. Dan tentu saja untuk mencoba menyamai atau paling tidak mendekati langkah Red John yang bagaikan hantu.


Apa yang menarik?

Jelas kemampuan Jane!
Jane jelas tidak percaya (walau di season 3, ia nyaris dibuat percaya oleh Kristina Frye) dengan hal-hal berbau supranatural. "There's no such thing as psychics," kata Jane berulang kali. Ia menggunakan aneka keahlian seorang con-man, teknik mentalis yang disebut "cold reading" (membaca ekspresi dan raut wajah, sikap, kebiasaan berdasar karakter fisik, dan lain-lain), ia juga memanfaatkan karisma dan lelucon serta kemampuannya bersosialisasi, hingga menggunakan keahliannya mencopet :). Yang jelas tekniknya, diluar nalar para penegak hukum yang umumnya berfikir "kotak-kotak."

Best part, setiap awal dari episode, Jane akan selalu memamerkan kemampuannya "membaca" korban, profesi, beberapa hal pribadinya, hingga kebiasaannya. Dan, yang entah tidak pernah kapok, Lisbon tidak pernah percaya pada "tebakan" Jane, dan berkali-kali dibuat manyun karena tebakan Jane SELALU 99% akurat.

Another best part, manipulasi keadaan a la Jane. Yang jelas Lisbon dan anak buahnya tidak perlu bersusah payah untuk memaksa pelaku mengakui perbuatannya, Jane akan membuat skenario yang selalu memanipulasi pelaku untuk mengaku... bagaimana pun keadaannya. Yeah, memang tidak selalu mudah untuk Lisbon, karena aksi ini seringkali tidak dikoordinasikan dengan tim-nya. So, seringkali pula Lisbon, Cho, Rigsby, dan Van Pelt dibuat terbengong-bengon, dan tahu belakangan.

Yeah, bukan Jane kalau tidak eksentrik.

Berbeda dengan banyak tokoh protagonis lainnya di serial TV mana pun, bahkan dibandingkan Horatio "H" Caine (CSI: Miami) dan Adrian Monk (Monk)... Jane adalah karakter yang paling dibenci banyak orang. Karena proses manipulasinya, ia kerap menyeret orang-orang tidak bersalah dan tidak tahu apa-apa menjadi bagian dari "sandiwara" pengungkapannya. Well, jelas banyak yang tidak terima.

But, whatever it is, Jane is the best character in TV series I'v ever seen... mengalahkan David Rossi (Criminal Minds) dan Mac Taylor (CSI: NY). Karena ia sangat manusiawi dalam kejenakaan serta kesombongannya.

Simon Baker jelas berbuat banyak untuk membuat Patrick Jane hidup, kesedihan dan kegelisahan selalu terlihat jelas di matanya... sekalipun kelakar konyol, serta sikap suka-suka, dan hobi nge-teh di mana pun ia berada selalu lekat dalam harinya. Jadi, yeah... I love Jane! (and that's why I'm in love with ANZ ad. series yang menampilkan sosok Patrick Jane sebagai modelnya.)

Komentar

Postingan Populer