Malaikat Jatuh dan Cerita-cerita Lainnya -- Clara Ng (Novel)
Sebab cinta selalu membuat orang menjadi buta.
Sebab Cinta adalah kata kerja.
(pg.62)
Ibu...
Anak...
Cinta...
Benci...
Nurani...
Dongeng...
Kelam...
Suram...
Kematian...
Perpisahan...
Bila kata difungsikan sebagai perangkum... maka kata-kata itulah yang akan saya pilih sebagai 10 kata untuk mewakili buku kumpulan cerita ini.
Tidak henti mengernyitkan dahi, meringis, dan terkaget-kaget setiap membuka halaman demi halaman. Semua penggambarannya jauh dari keindahan... semua kelam, suram, penuh dengan adegan kematian yang tidak biasa, perpisahan jadi komoditas unggulan...
Tapi terlepas dengan itu, kisahnya dalam dan penuh makna. Nurani kita disentuh dengan kata-kata indah yang tercecer di antara penggambaran adegan yang sarat dengan praduga atas kekejian.
Favorit saya... tetap sang "Malaikat Jatuh". Di antara semua kisah ibu dan anak yang pernah saya baca, ini mungkin kisah dongeng yang paling keji dan hitam (tentu saja selain biografi anak-anak korban kekerasan dalam keluarga). Tapi di antara kekejiannya itu terselip kisah yang luar biasa tentang betapa cinta ibu kepada anaknya bisa lebih membutakan dibanding jenis cinta yang lainnya. Betapa kebencian dan ketakutan atas kesendirian bisa membuat kita menghalalkan segala cara untuk meng-'abadikan' sosok-sosok tercinta dakan hidup kita. Dan akhirnya betapa cinta bisa lebih abadi daripada manusia itu sendiri.
Saya juga jatuh cinta kepada kisah Neni (Makam) yang selalu membawakan bunga untuk makam ibunya. Betapa cinta bisa begitu heterogen... dan tak biasa dalam keluarbiasaannya.
Selamat menikmati kisah-kisah kelam ini... dan ajak nurani Anda untuk menemukan kebijakan dalam kisah. Karena cinta dan pengorbanan sesungguhnya berserakan menjadi tema utama dalam buku ini.
Jempol untuk Clara Ng.
Sampaikan salamku padanya, dan katakan, aku adalah penjaga hatinya agar tidak usah pecah berhamburan lagi. Katakan, aku mencintainya sampai pada penghujung hari. Katakan, tak ada cinta yang lebih besar daripada cinta yang tak sudi takluk dengan waktu.
(pg. 64)
Sebab Cinta adalah kata kerja.
(pg.62)
Ibu...
Anak...
Cinta...
Benci...
Nurani...
Dongeng...
Kelam...
Suram...
Kematian...
Perpisahan...
Bila kata difungsikan sebagai perangkum... maka kata-kata itulah yang akan saya pilih sebagai 10 kata untuk mewakili buku kumpulan cerita ini.
Tidak henti mengernyitkan dahi, meringis, dan terkaget-kaget setiap membuka halaman demi halaman. Semua penggambarannya jauh dari keindahan... semua kelam, suram, penuh dengan adegan kematian yang tidak biasa, perpisahan jadi komoditas unggulan...
Tapi terlepas dengan itu, kisahnya dalam dan penuh makna. Nurani kita disentuh dengan kata-kata indah yang tercecer di antara penggambaran adegan yang sarat dengan praduga atas kekejian.
Favorit saya... tetap sang "Malaikat Jatuh". Di antara semua kisah ibu dan anak yang pernah saya baca, ini mungkin kisah dongeng yang paling keji dan hitam (tentu saja selain biografi anak-anak korban kekerasan dalam keluarga). Tapi di antara kekejiannya itu terselip kisah yang luar biasa tentang betapa cinta ibu kepada anaknya bisa lebih membutakan dibanding jenis cinta yang lainnya. Betapa kebencian dan ketakutan atas kesendirian bisa membuat kita menghalalkan segala cara untuk meng-'abadikan' sosok-sosok tercinta dakan hidup kita. Dan akhirnya betapa cinta bisa lebih abadi daripada manusia itu sendiri.
Saya juga jatuh cinta kepada kisah Neni (Makam) yang selalu membawakan bunga untuk makam ibunya. Betapa cinta bisa begitu heterogen... dan tak biasa dalam keluarbiasaannya.
Selamat menikmati kisah-kisah kelam ini... dan ajak nurani Anda untuk menemukan kebijakan dalam kisah. Karena cinta dan pengorbanan sesungguhnya berserakan menjadi tema utama dalam buku ini.
Jempol untuk Clara Ng.
Sampaikan salamku padanya, dan katakan, aku adalah penjaga hatinya agar tidak usah pecah berhamburan lagi. Katakan, aku mencintainya sampai pada penghujung hari. Katakan, tak ada cinta yang lebih besar daripada cinta yang tak sudi takluk dengan waktu.
(pg. 64)
Komentar
Posting Komentar